Riri Eka
Jumat, 14 November 2014
analisis kesalahan berbahasa
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pergunakanlah
bahasa Indonesia yang baik dan benar! Ungkapan itu sudah klise sebab kita sudah
sering mendengar ataupun membacanya, bahkan membicarakan dan menuliskan
ungkapan tersebut. Akibatnya , kita pun dapat bertanya “Apakah penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar itu masih belum dicapai saat ini? Apakah
penggunaan bahasa Indonesia saat ini masih belum baik dan benar?”Analisis
kesalahan berbahasa adalah salah satu cara untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Melalui analisis kesalahan berbahasa, kita dapat menjelaskan penggunaan
bahasa indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang
memenuhi faktor-faktor komunikasi, adapun bahasa Indonesia yang benar adalah
bahasa Indonesia yang memenuhi kaidah-kaidah (tata bahasa) dalam kebahasaan.
Bagaimana cara kita mengalisis bahasa yang baik dan benar itu? Hal itu lah yang
akan dibahas dalam makalah ini. Setelah mempelajari, kita dapat mempraktikannya
dalam berbahasa Indonesia. Akhirnya pernyataan”pergunakanlah bahasa yang baik
dan benar” menjadi kenyataan.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa itu analisis kesalahan
berbahasa?
2.
Bagaimana kesalahan berbahasa pada
tataran fonologi?
3.
Bagaimana kesalahan berbahasa pada
tataran morfologi?
4.
Bagaimana kesalahan berbahasa pada
tataran sintaksis?
5.
Bagaimana kesalahan berbahasa pada
tataran semantik?
6.
Bagaimana kesalahan berbahasa pada
tataran wacana?
C.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui pengertian analisis
kesalahan berbahasa.
2.
Untuk mengetahui kesalahan berbahasa
pada tataran fonologi.
3.
Untuk mengetahui kesalahan berbahasa
pada tataran morfologi.
4.
Untuk mengetahui kesalahan berbahasa
pada tataran sintaksis.
5.
Untuk mengetahui kesalahan berbahasa
pada tataran semantik.
6. Untuk
mengetahui kesalahan berbahasa pada tataran wacana.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
ANALISIS KESALAHAN BAHASA
1. Pengertian
Kesalahan Bahasa
Dalam bahasa Indonesia terdapat
beberapa kata yang artinya bernuansa dengan kesalahan yaitu : penyimpangan,
pelanggaran, kekhilafan. Keempat kata itu dapat dideskripsikan artinya sebagai
berikut :
a. Kata
“salah” diantonimkan “betul”, artinya apa yang dilakukan tidak betul, tidak
menurut norma, tidak menurut aturan yang ditentukan.
b. “Penyimpangan”
dapat diartikan menyimpang dari norma yang telah ditetapkan. Pemakai bahasa
menyimpang karena tidak mau, enggan, malas mengikuti norma yang ada.
c. “Pelanggaran”,
terkesan negatif karena pemakai bahasa dengan penuh kesadaran tidak mau menurut
norma yang telah ditentukan, sekalipun dia mengetahui bahwa yang dilakukan
berakibat tidak baik.
d. “Kekhilafan”
merupakan proses psikologis yang dalam ini menandai seorang khilaf menerapkan
teori atau norma bahasa yang ada pada dirinya, khilaf mengakibatkan sikap
keliru memakai. Kekhilafan dapat diartikan kekeliruan. Kemungkinan salah ucap,
salah susun karena kurang cermat.
2. Pengertian
Analisis Kesalahan Bahasa
Analisis kesalahan berbahasa adalah
suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa, yang
meliputi : kegiatan mengumpulkan sampel kesalahan, mengidentifikasi kesalahan
yang terdapat dalam sampel, menjelaskan kesalahan tersebut, mengklasifikasi
kesalahan itu, dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan itu (Tarigan, Djago
& Lilis Siti Sulistyaningsih, 1996/1997 : 25).
B.
KESALAHAN BAHASA PADA TATARAN
FONOLOGI
Kesalahan berbahasa Indonesia dalam
tataran fonologi dapat terjadi baik penggunaan bahasa lisan maupun secara
tertulis. Sebagian besar kesalahan berbahasa Indonesia dalam tataran fonologi
berkaitan dengan pelafalan. Bila kesalahan pelafalan tersebut dituliskan, maka
terjadilah kesalahan berbahasa dalam ragam tulis. Berikut ini adalah beberapa
kesalahan pelafalan yang meliputi : (a) perubahan fonem, (b) penghilangan
fonem, dan (c) penambahan fonem.
1. Kesalahan
Pelafalan Karena Perubahan Fonem
Kesalahan pelafalan karena
pelafalan fonem-fonem tertentu berubah atau tidak diucapkan sesuai kaidah.
a. Perubahan
Fonem Vokal
1) Fonem
/a/ dilafalkan menjadi /ê/
Misal
:
Lafal Baku Lafal Tidak Baku
akta aktê
2) Fonem
/a/ dilafalkan menjadi /i/
Misal
:
Lafal Baku Lafal Tidak Baku
Mayat Mayit
3) Fonem
/a/ dilafalkan menjadi /o/
Misal
:
Lafal
Baku Lafal
Tidak Baku
Rahmat rohmat
4) Fonem
/ê/ dilafalkan menjadi /a/
Misal :
Lafal
Baku Lafal
Tidak Baku
Ritmê Ritma
5) Fonem
/é/ dilafalkan menjadi /i/
Misal :
Lafal
Baku Lafal Tidak
Baku
Magnét Magnit
6) Fonem
/i/ dilafalkan menjadi /é/
Misal :
Lafal
Baku Lafal
Tidak Baku
Ilham élham
7) Fonem
/o/ dilafalkan menjadi /u/
Misal :
Lafal
Baku Lafal
Tidak Baku
Khotbah khutbah
8) Fonem
/u/ dilafalkan /ê/
Misal :
Lafal
Baku Lafal Tidak
Baku
Maksimum maksimêm
9) Fonem
/u/ dilafalkan menjadi /o/
Misal :
Lafal
Baku Lafal
Tidak Baku
Guncang goncang
b.
Perubahan
Fonem Konsonan
1) Fonem
/b/ dilafalkan menjadi /p/
Misal :
Lafal Baku Lafal Tidak Baku
Mujarab mujarap
2) Fonem
/d/ dilafalkan menjadi /t/
Misal
:
Lafal Baku Lafal Tidak Baku
Masjid masjit
3) Fonem
/f/ dilafalkan /p/
Misal :
Lafal
Baku Lafal
Tidak Baku
Nafsu napsu
4) Fonem
/g/ dilafalkan menjadi /i/
Misal :
Lafal
Baku Lafal
Tidak Baku
Dirigen dirijen
5) Fonem
/g/ dilafalkan /h/
Misal :
Lafal Baku Lafal Tidak Baku
Pragmatis prahmatis
6) Fonem
(j) dilafalkan menjadi /g/
Misal :
Lafal
Baku Lafal
Tidak Baku
Manajemen managemen
7) Fonem
/j/ dilafalkan menjadi /y/
Misal :
Lafal
Baku Lafal
Tidak Baku
Objek obyek
8) Fonem
/k/ dilafalkan menjadi /c/
Misal :
Lafal Baku Lafal Tidak Baku
Vokal vocal
9) Fonem
/k/ dilafalkan menjadi /h/
Misal :
Lafal Baku Lafal Tidak Baku
Teknik tehnik
10) Fonem
/n/ dilafalkan menjadi /ng/
Misal :
Lafal Baku Lafal Tidak Baku
Pankreas pangkreas
11) Fonem
/p/dilafalkan menjadi /f/
Misal:
Lafal
Baku Lafal
Tidak Baku
Pasal fasal
12) Fonem
/q/ dilafalkan menjadi /k/
Misal
:
Lafal Baku Lafal Tidak Baku
Quran kuran
13) Fonem
/s/ dilafalkan menjadi /t/
Misal :
Lafal Baku Lafal Tidak Baku
Rasio ratio
14) Fonem
/v/ dilafalkan menjadi /f/
Misal
:
Lafal Baku Lafal Tidak Baku
Motivasi motifasi
15) Fonem
/v/ dilafalkan menjadi /p/
Misal
:
Lafal Baku Lafal Tidak Baku
Vitamin pitamin
16) Fonem
/y/ dilafalkan menjadi /j/
Misal
:
Lafal Baku Lafal Tidak Baku
Proyek projek
17) Fonem
/z/ dilafalkan menjadi /d/
Misal :
Lafal Baku Lafal Tidak Baku
Mubazir mubadir
18) Fonem
/z/ dilafalkan menjadi /j/
Misal
:
Lafal Baku Lafal Tidak Baku
Izin ijin
19) Fonem
/z/ dilafalkan menjadi /s/
Misal
:
Lafal Baku Lafal Tidak Baku
Ozon oson
20) Fonem
/z/ dilafalkan menjadi /y/
Misal
:
Lafal Baku Lafal Tidak Baku
Nuzul nuyul
21) Fonem
/k/ dilafalkan menjadi konsonan ain (yang dilambangkan)
Misal
:
Lafal Baku Lafal Tidak Baku
Makna ma’na
c.
Perubahan
Fonem Vokal Menjadi Fonem Konsonan
Misal
:
Lafal Baku Lafal Tidak
Baku
Kualitas kwalitas
d.
Perubahan
Fonem Konsonan Menjadi Fonem Vokal
Misal :
Lafal Baku Lafal Tidak
Baku
Madya madia
e.
Perubahan
Pelafalan Kata atau Singkatan
Contoh :
Singkatan Lafal Baku Lafal Tidak Baku
a.n. atas
nama aen
Ada ketentuan khusus, yaitu bahwa
singkatan bahas asing yang berbentuk akronim (singkatan yang dieja seperti
kata) dan bersifat internasional tidak dilafalkan seperti lafal Indonesia,
tetapi singkatan itu tetap dilafalkan seperti lafal aslinya. Misal :
Kata Lafal Baku Lafal Tidak Baku
UNESCO yu nes ko u nes tjo
SEA
GAMES si ge yms se aga mes
2.
Kesalahan
Pelafalan karena Penghilangan Fonem
Pemakai bahasa sering menghilangkan
bunyi tertentu pada sebuah kata,yang mengakibatkan justru pelafalan tersebut
menjadi salah satu tidak benar. Perhatikan beberapa contoh berikut ini.
a.
Penghilangan
Fonem Vokal
1) Penghilangan
fonem/a/
Misal :
Lafal
Baku Lafal Tidak Baku
Makaroni makroni
2) Penghilangan
fonem /e/
Misal :
Lafal
Baku Lafal Tidak Baku
Jenderal jendral
3) Penghilangan
fonem /u/
Misal :
Lafal
Baku Lafal Tidak Baku
Sirkuit sirkit
b.
Penghilangan
Fonem Konsonan
1) Penghilangan
fonem /h/
Misal :
Lafal
Baku Lafal Tidak Baku
Bodoh bodo
2) Penghilangan
fonem /k/
Misal :
Lafal
Baku Lafal Tidak Baku
Takbir tabir
3) Penghilangan
fonem /s/
Misal :
Lafal
Baku Lafal Tidak Baku
Ons on
4) Penghilangan
fonem /t/
Misal :
Lafal
Baku Lafal Tidak Baku
Partner parner
5) Penghilangan
fonem /w/
Misal :
Lafal
Baku Lafal Tidak Baku
Wujud ujud
c.
Penghilangan
Fonem Vokal Rangkap Menjadi Vokal Tunggal
1) Fonem
/ai/ dilafalkan menjadi /e/
Misal :
Lafal Baku Lafal Tidak Baku
Andai ande
2) Fonem
/au/ dilafalkan menjadi /o/
Misal :
Lafal Baku Lafal Tidak Baku
Danau dano
d.
Penghilangan
Deret Vokal Menjadi Vokal Tunggal
1) Penghilangan
vokal /ei/ dilafalkan menjadi /e/
Misal :
Lafal Baku Lafal Tidak Baku
Survei surve
2) Deret
vokal /eu/ dilafalkan menjadi /e/
Misal :
Lafal Baku Lafal Tidak Baku
Neutron netron
e.
Penghilangan
Gugus Konsonan
1) Penghilangan
gugus konsonan /kh/ menjadi /h/
Misal :
Lafal
Baku Lafal Tidak Baku
Makhluk mahluk
2) Penghilangan
gugus konsonan /kh/ menjadi /k/
Misal :
Lafal
Baku Lafal Tidak Baku
nakhkoda nakoda
3.
Kesalahan
Pelafalan karena Penambahan Fonem
a.
Penambahan
fonem vokal
1) Penambahan
fonem /a/
Misal :
Lafal
Baku Lafal Tidak Baku
Narkotik narkotika
2)
Penambahan fonem /e/
Misal :
Lafal
Baku Lafal Tidak Baku
Mantra mantera
b.
Penambahan
Fonem Konsonan
1) penambahan
fonem /d/
Misal :
Lafal Baku Lafal
Tidak Baku
Stan stand
2) penambahan
fonem /h/
Misal :
Lafal
Baku Lfal Tidak Baku
Magrib maghrib
c.
pembentukan
Deret Vokal
1) pembentukan
deret vokal /ai/ menjadi /e/
Misal :
Lafal
Baku Lafal Tidak Baku
Primer primair
2) pembentukan
deret vokal /ou/ menjadi /u/
Misal :
Lafal
Baku Lafal Tidak Baku
Turis touris
d.
pembentukan
Gabungan atau Gugus Konsonan
1) Pembentukan
gabungan atau gugus konsonan /dh/
Misal :
Lafal
Baku Lafal Tidak Baku
Sandiwara sandhiwara
2) Pembentukan
gabungan atau gugus konsonan /kh/
Misal :
Lafal
Baku Lafal Tidak Baku
Mekanik mekhanik
C. KESALAHAN
BERBAHASA TATARAN MORFOLOGI
Baik ragam tulis maupun ragam lisan
dapat terjadi kesalahan berbahasa dalam pembentukan kata atau tataran
morfologi. kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi disebabkan oleh berbagai
hal. klasifikasi kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi antara lain : (a)
penghilangan afiks, (b) bunyi yang seharusnya luluh tetapi tidak diluluhkan,
(c)peluluhan bunyi yang seharusnya tidak luluh, (d) penggantian morf, (e)
penyingkatan morf mem-, men-, meng-,meny-, dan menge-, (f) pemakaian afiks yang
tidak tepat, (g) penentuan bentuk dasar yang tidak tepat, (h) penempatan afiks
yang tidak tepat pada gabungan kata, dan (i) pengulangan kata majemuk yang
tidak tepat. berikut ini akan dipaparkan satu per satu wujud kesalahan
tersebut.
1.
penghilangan afiks
a. penghilangan
prefiks meng-
penghilangan
prefiks meng- disebabkan oleh penghematan yang sebenarnya tidak perlu terjadi
karena justru merupakan pemakaian yang salah.
contoh:
bentuk
tidak baku
bunga mawar dan bunga
matahari pamerkan keelokan mahkota
mereka.
bentuk
baku
bunga mawar dan bunga
matahari memamerkan keelokan mahkota
mereka.
b. penghilangan
prefiks ber-
contoh:
bentuk
tidak baku
-
pendapat bapakku beda dengan pendapat pamanku.
-
marilah kita ke
Tirtabening, kita renang di sana!
kata beda dan renang merupakan kata
dasar yang menduduki predikat pada masing-masing kalimat. sesuai kaidah bahasa
indonesia yang baku, dalam predikat tersebut harus dieksplisitkan prefiks ber-,
yaitu menjadi berbeda dan berenang.
2.
bunyi yang seharusnya
luluh tetapi tidak diluluhkan
kata
dasar yang berfonem awal /k/, /p/, /s/, atau /t/ tidak luluh jika mendapat
prefiks meng- atau peng-. pemakaian yang
seperti itu dapat kita perhatikan pada contoh berikut.
bentuk tidak baku
-
kita harus ikut serta mensukseskan Pilkada bulan April 2010
-
warga berusaha mengkikis habis koruptor di desa ini.
-
tukang foto memprotet si Bayu dengan serius.
kata-kata
yang tercetak miring pada kalimat di atas, seharusnya fonem awalnya luluh
menjadi bunyi nasal atau bunyi sengau, yaitu /s/ menjadi /ny/, /t/ menjadi /n/,
/k/ menjadi /ng/, dan /p/ menjadi /m/. bunyi k, s, dan t yang tidak luluh
hanyalah pada kata-kata serapan dari bahasa asing yang masih terasa
keasingannya, seperti : mensponsori, pengklasifikasian, mentranskripsikan, dan
penspesialisasian.
3.
peluluhan bunyi yang
seharusnya tidak luluh
a. peluluhan
bunyi /c/ yang tidak tepat
kata dasar yang
berfonem awal bunyi /c/ sering kita lihat menjadi luluh jika mendapat prefiks
meng-. contoh:
-
rama sudah lama menyintai Shinta.
-
jangan suka menyontoh pekerjaan orang lain!
jika prefiks meng-
melekat pada kata dasar yang berfonem awal /c/, maka alomorf prefiks meng-
adalah men- bukan prefiks meny-.jadi seharusnya kata yang bercetak mirik
mencintai dan mencontoh.
b. Peluluhan
Bunyi-bunyi Gugus Konsonan yang Tidak Tepat
gugus konsonan pr, st,
sk, tr, sp, dan kl pada awal kata dasar tidak luluh jika dilekati prefiks
meng-. contoh : memproduksi, menstabilkan.
4. penggantian
morf
a. morf
menge- tergantikan morf lain
b. morf
ber- tergantikan morf ber-
c. morf
bel- tergantikan morf ber-
d. morf
pel- yang tergantikan morf per-
e. morf
pe- yang tergantikan morf per-
f. morf
te- tergantikan morf ter-
5. penyingkatan
morf mem-, men-, meng-,meny-, dan menge-,
salah
satu morfem terikat pembentuk verba yang sangat produktif dalam bahasa
indonesia adalah prefiks meng-. alomorf meng- adalah me-, mem-, men-, meng-,
meny-, dan menge-. mungkin karena pengaruh bahasa daerah, pemakai bahasa sering
menyingkat morf mem-, men-, meng-, meny-, dan menge- menjadi m-, n-, ny-, dan
nge-. penyingkatan tersebut sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam
ragam tulis. pencampuradukan ragam lisan dan ragam tulis menghasilkan pemakaian
bentuk kata yang salah.
6. pemakaian
afiks yang tidak tepat
-
penggunaan prefiks ke-
-
penggunaan sufiks –ir
-
penggunaan sufiks
–isasi
7. penentuan
bentuk dasar yang tidak tepat
-
pembentukan kata dengan
konfiks di-...-kan
-
pembentukan kata dengan
prefiks meng-..
-
pembentukan kata dengan
sufiks -wan
8. penempatan
afiks yang tidak tepat pada gabungan kata
9. pengulangan
kata majemuk yang tidak tepat.
a. pengulangan
seluruhnya
b. pengulangan
sebagian
c. lebih
dianjurkan pengulangan sebagian.
D.
KESALAHAN
BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS
Sintaksis
merupakan cabang linguistik yang mempelajari tentang susunan kalimat dan
bagian-bagianya (tim penyusun kamus 1996
: 946). Kesalahan dalam tataran sintaksisis berhubungan erat dengan kesalahan
pada bidang morfologi karena kalimat berunsurkan kata-kata. Kesalahan dalam
tataran sintaksis antara lain sebagai berikut :
1.
Kesalahan
dalam Bidang Frasa
Kesalahan
berbahasa dalam bidang frasa sering dijumpai dalam bahasa lisan maupun bahasa
tertulis. Kesalahan berbahasa dalam bidang frasa dapat disebabkan oleh berbagai
hal , di antaranya : (a) adanya pengaruh bahasa daerah, (b) pengguaan preposisi
yang tidak tepat, (c) kesalahan sususnan kata, (d) penggunaan unsur yang
berlebihan atau mubazir, (e) penggunaan bentuk superlatif yang berlebihan, (f)
penjamakan yang ganda, dan (g) penggunaan bentuk resiprokal yang tidak tepat.
Berikut akan diuraikan satu per satu.
a. Adanya
pengaruh bahasa daerah
Bentuk
Tidak Baku
Tunggu
sebentar kalau ingin makan, sayurnya belon
mateng!
Bentuk Baku
Tunggu
sebentar kalau ingin makan, sayurnya belum masak !
b.
Penggunaan preposisis
yang tidak tepat
Bentuk
Tidak Baku
Tolong ambilkan buku
saya pada laci meja itu
Bentuk baku
Tolong
ambilkan buku saya di laci meja itu
c.
Susunan yang tidak
tepat
Bentuk Tidak Baku
Ini
hari kita akan menyaksikan berbagai atraksi
yang dibawakan oleh putra putri kita.
Bentuk Baku
Hari
ini kita akan menyaksikan berbagai atraksi yang akan dibawakan putra putri kita.
d.
Penggunaan unsur yang
berlebihan atau mubazir
Bentuk
Tidak Baku
Dilarang
tidak boleh merokok disini
Bentuk Baku
Dilarang merokok disini
e.
Penggunaan bentuk
superlatif yang berlebihan
Bentuk
Tidak Baku
Pengalaman itu sanagat
menyenangkan sekali
Bentuk Baku
Pengalaman
itu sangat menyenangkan
f.
Penjamakan ganda
Bentuk Tidak Baku
Para dosen-dosen sedang
mengikuti seminar di ruang auditorium
Bentuk Baku
Para dosen sedang
mengikuti seminar di ruang auditorium
g.
Penggunaan bentuk
resiprokal yang salah
Bentuk
Tidak Baku
Sesama pengemudi dilarang saling dahulu- mendahului
Bentuk
Baku
Sesama pengemudi dilarang saling mendahului
2. Kesalahan dalam Bidang
Kalimat
a.
Kalimat tidak bersubjek
b.
Kalimat tidak
berpredikat
c.
Kalimat tidak bersubjek
dan tidak berpredikat (kalimat buntung)
d.
Penggandaan subjek
e.
Antara predikat
danobjek yang tersisipi
f.
Kalimat yang tidak
logis
g.
Kalimat ambiguitas
h.
Penghilangan konjungsi
i.
Penggunaan konjungsi
yang berlebihan
j.
Urutan yang tidak
paralel
k.
Penggunaan istilah
asing
l.
Penggunaan kata tanya
yang tidak perlu
E. KESALAHAN
BERBAHASA TATARAN SEMANTIK
Kesalahan
berbahasa dalam tataran semantik penekanannya pada penyimpangan makna, baik
yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Banyak
penyimpangan terjadi dalam penggunaan bahasa sehari-hari yang berkaitan dengan
makna yang tidak tepat. Makna yang tidak tepat tersebut dapat berupa: (a)
Kesalahan penggunaan kata-kata yang mirip, dan (b) kesalahan pilihan kata atau
diksi. Uraian sekilas wujud kesalahan berbahasa dalam tataran semantik akan
dibicarakan satu per satu berikut ini.
1. Kesalahan
karena pasangan yang seasal
Pasangan
yang seasal adalah pasangan kata yang memiliki bentuk asal yang sama dan
maknanya pun berdekatan (Alwi, 1991 : 21).
Contoh :
a. Penggunaan
kata kurban dan korban.
b. Penggunaan
kata lolos dan lulus.
c. Penggunaan
kata penglepasan dan pelepasan.
d. Penggunaan
kata mengkaji dan mengaji.
e. Penggunaan
kata hijrah dan hijriah.
2. Kesalahan
karena pasangan yang terancukan
a. Penggunaan
kata sah dan syah.
b. Penggunaan
kata kafan dan kapan.
c. Penggunaan
kata fakta dan pakta.
d. Penggunaan
kata folio dan polio.
e. Penggunaan
kata sarat dan syarat.
f. Penggunaan
kata sair dan syair.
g. Penggunaan
kata termohon dan pemohon.
h. Penggunaan
kata petinju dan peninju.
i.
Penggunaan kata sekali
dan sekali-kali.
j.
Penggunaan kata kebijakan
dan kebijaksanaan.
k. Penggunaan
kata pemimpin dan pimpinan.
l.
Penggunaan kata sesuatu
dan suatu.
m. Penggunaan
kata antar dan antara.
n. Penggunaan
kata besok dan esok.
o. Penggunaan
kata penganggur dan pengangguran.
p. Penggunaan
kata yang berhomofon dan berhomograf.
3. Kesalahan
karena pilihan kata yang tidak tepat
Setiap
kata memiliki makna tertentu yang berbeda dengan kata yang lain. Kendatipun ada
beberapa kata yang sekilas tampaknya memiliki makna yang hampir sama, tetapi
jika diteliti lebih seksama lagi akan tampaklah bahwa masing-masing kata itu
memiliki perbedaan. Pilihan kata yang ”terbaik” adalah yang memenuhi syarat
antara lain : (a) ketepatan, (b) kebenaran, dan (c)kelaziman (Alwi dkk, 1992:
11).
Contoh kesalahan
pilihan kata:
a. Penggunaan
kata pukul dan jam.
b. Penggunaan
kata masing-masing dan tiap-tiap.
c. Penggunaan
kata pertandingan dan perlombaan.
d. Penggunaan
kata tidak dan kata bukan.
e. Penggunaan
kata juara dan pemenang.
f. Penggunaan
kata rakyat dan masyarakat.
g. Penggunaan
kata sudah dan telah.
h. Penggunaan
kata mantan dan bekas.
i.
Penggunaan kata bakal
dan calon.
j.
Penggunaan kata istri
dan bini.
k. Penggunaan
kata baju dan busana.
l.
Penggunaan kata prakiraan
dan ramalan.
F.
KESALAHAN
BERBAHASA TATARAN WACANA
Bahasa meliputi tataran fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik. Masing-masing memiliki satuan-satuan
linguistik. Urutan hierarki satuan-satuan linguistik secara teoritis yang
normal adalah fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Dari
uraian tersebut dapat diketahui bahwa wacana merupakan satuan linguistik yang
tertinggi.
Ruang
lingkup kesalahan dalam tataran wacana dapat meliputi :
1. Kesalahan
dalam kohesi
a. Kesalahan
penggunaan pengacuan.
b. Kesalahan
penggunaan penyulihan.
c. Kekurangefektifan
wacana karena tidak ada pelesapan.
d. Kesalahan
penggunaan konjungsi.
2. Kesalahan
dalam koherensi
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Analisis
kesalahan berbahasa adalah suatu posedur kerja yang biasa digunakan oleh
peneliti atau guru bahasa, yang meliputi: kegiatan mengumpulkan sampel
kesalahan, mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam sampel, menjelaskan
kesalahan tersebut, mengklasifikasi kesalahan itu, dan mengevaluasi keseriusan
kesalahan itu.
Dapat
disimpulkan bahwa dalam penggunaan bahasa sehari-hari masih banyak terjadi
kesalahan baik dalam penulisan, pengucapan atau pelafalan yang dipengaruhi
perkembangan zaman dan pengaruh bahasa suatu daerah. Setelah menganalisis
kesalahan berbahasa tataran linguistik, kita dapat mengetahui bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
Setyawati,
nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa
Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka.
Langganan:
Postingan (Atom)