Pocong
si Pencuri Kambing
By.Riri Eka
Suatu hari di desa Umbulmukti begitu terik. Musim kemarau
panjang membuat para petani di desa tersebut menuai gagal panen.Karyo
merupakan salah satu petani di desa Umbulmukti yang harus menelankepahitan
karena gagal panen. Dia yang hidup bersama dan kedua anaknya hanyapasrah
menerima keadaan. Apalagi Karyo hanya mempunyai sawah yang tidak luas.Untuk
makan saja Karyo beserta anak istrinya hanya hanya bergantung denganhasil
panen.
Didalam gubuknya yang kecil Karyo mengeluh kepada Sumirah
sang istri. “Aduh….Gusti,panen ini gagal ! kita mau makan apa ta bu. . .bu ? !”
“Iya
Pak, Latri juga harusbayar sekolah.” Jawab Sumirah bingung. Tidak lama kemudian
Latri yang masihduduk dibangku SMA pulang dari sekolah.
“Assalamu’alaikum.”Latri
mengucapkan salam sambil mencium tangan kedua orang tuanya. “Cah ayusudah
pulang ta nduk ?” Jawab Sumirah sambil tersenyum.
“Joko
kemana bu ?”Latri menanyakan kehadiran si adik yang masih dikelas empat SD.
“Dia
bilang mau belajarkelompok nduk.” Jawab Sumirah.
“Bagaimana
nduksekolahmu ?” tanya Karyo kepada Latri sambil tersenyum kecil.
“Baik
Pak, tapisebentar lagi mau Ujian Tengah Semester Pak. Jadi uang bulanan harus
lunas.”Ternang Latri sambil menundukkan kepala. Sementara Sumirah memandang
penuhkebingungan kepada Karyo. “Ya sudah nanti Bapak usahakan untuk
melunasisecepatnya” sambung Karyo.
Hingga malam menjelang Karyo masih memikirkan uangyang untuk
membayar bulanan sekolah Latri. Di kamar tidur Karyo tidakmemejamkan matanya
hingga larut malam. Kegelisahan membayangi pikiran Karyomalam itu. Terbesit
niat buruk Karyo untuk mencuri kambing Pak lurah.
Pagi menjelang, suara kokok ayam saling bersautandinginnya
pagi menusuk tulang Sumirah yang pagi itu telah sibuk menyiapkankeperluan kedua
anaknya. Di dapur sumirah sibuk memasak sebagai bekal sarapanKaryo serta kedua
anaknya. Tidak beberapa lama kemudian Karyo terbangun daritidurnya, dan
menghampiri Sumirah yang berada di dapur.
“Bu,
sudah selesaisemua ?” tanya Karyo sambil membenahi kayu bakar.
“Sudah
kok pak, Bapaktidak ke sawah ? ?” ujar Sumirah.
Karso
hanya berdiamdiri sambil membenahi kayu bakar yang berserakan didapur.
Sedangkan Sumirahbergegas membangunkan anak-anaknya.
Waktu menunjukkan pukul 21.00WIB, Sumirah dan kedua anaknya
bergegas untuk tidur. Namun Karyo masihmemikirkan niat buruknya untuk mencuri
kambing pak Karyo. Tekat Karyo pun bulatuntuk mencuri kambing pak lurah,
rencana pencuriannya sudah tersiapkan dalamhati. Lalu Karyo bergegas mencari
mukenah Sumirah untuk menyamar menjadi pocongagar aksinya berjalan lancar.
Diam-diam Karyo masuk kedalam kamar dan mengambilmukenah istrinya itu. Dalam
hati Karyo berkata “Hal ini aku lakukan demi masadepan anak ku.” Tanpa pikir
panjang Karyo menyulap dirinya menjadi pocongtiruan.
Tiba waktunya tepat pukul 12malam Karyo memulai aksinya.
Karyo melihat jalanan sepi tanpa ada seorang punyang lewat seperti biasanya.
Dengan nada lirih Karyo berkata “Wahhh, ,,sepertinya malam ini sepi. Semoga
berhasil saja aksi ku malam ini” sambiltersenyum kecil Karyo meloncat-loncat
layaknya pocong sungguhan.
“Aduh,,
capek juga ternyata kalau berniat jahat. Tapi ini semua aku lakuin demi anakku
Latri.” Berguman sambil meringis kesakitan karena meloncat-loncat.
Tidaklama
kemudian Karyo sampai di kandang kambing milik pak lurah. Namun aksinyasedikit
menemui kendala, karena dua penjaga keamanan desa setempat melihatKaryo yang
berdiri samping kandang.
“Jan,itu
apa ?” tanya Temu kepada Wasijan sambil menarik bajunya. “Mana sih Mu?”jawab
Wasijan heran.
“Ituloh
Jan, putih-putih disamping kandang kambing Pak lurah!”
Mengetahuiada
suara orang, Karyo mulai panik. Namun dia tahu bahwa orang akan
ketakutanmelihat dirinya yang menyerupai pocong.
“Hmmmmmmmmm!!!!!!!”gumam
Karyo mencoba menakuti Wasijan dan Temu.
“Mu…..itu
po…po…po…poconggggggg!!!!!!!” Wasijan dan Temu lari ketakutan karena
merakamenyangka bahwa yang dilihatnya adalah pocong sungguhan.
Hampir satu jam berlalu Karyomelakukan aksinya. Dan
perjuangannya berhasil, Karyo dapat membawa satu ekorkambing milik pak lurah.
Dengan rasa percaya diri Karyo membawa pergi kambingitu dan segera menjual
kepasar dipagi buta.
“Mu..
.itu kan pocong yang tadi kandang kambing Pak lurah.” Terang Wasijan heran.
“Iya,tapi
kok pocong bisa bawa kambing ? Apa itu poncong mau berkurban ?” jawab Temudengan
polos. “Huussttt…...kamu ngawur saja!!! sambil menepuk punggungnya Temu.Itu
pocong maling Mu! Maling. . .maling. . . Malingggggggggggg!!!!!!!”
Wasijanberteriak ke warga untuk memberi tahu.
Mendengarhal
itu karyo mencoba berlari namun karena dandanannya menyerupai pocong
diakesulitan untuk berlari dan akhirnya terjatuh. Dengan sigap Temu
menangkapKaryo. “Hayo. . . .ketangkap juga kau akhirnya cong!” Temu menangkap
Karyo.
Pada saat itu pun wargamendengar teriakan Wasijan dan
bergegas keluar rumah. Tak beberapa lamakemudian warga telah berkumpul
mengerumuni Karyo.
“Ayo….Kita
pukuli saja malingnya!!!” seru salah satu warga. “Ayo!!!” seru warga yang
lainnya.Namun Pak lurah segera bertindak “ Bapak-bapak. . .ibu-ibu, jangan main
hakimsendiri! Sebaiknya kita buka saja penyamarannya. Agar kita tahu
siapamalingnya.”
Denganwajah
penasaran Temu membuka kostum pocong yang dikenankan Karyo.
“Bapak!!!!!!”Sumirah
terkejut. Diikuti oleh terkejutnya warga.
“Ma..ma.
.Maafkan saya Pak lurah. Saya terpaksa melakukan hal ini karena hasilpanen saya
gagal. Dan Latri harus membayar uang sekolahnya” terang Karyo dengannada gugup.
Setelah mendengarkan cerita Karyo Pak lurah terketuk hatinya untukmemaafkan
Karyo. “Ya. . sudah Karyo saya maafkan perbuatan kamu ini. Tapi lainkali jangan
diulangi perbuatan kamu ini.”
“BenarBapak
memaafkan saya ? ? Terimakasih Pak lurah, terimakasih banyak.” Ucap Karyolega
sambil berlutut didepan Pak lurah.
“IyaKaryo.
Ya sudah semuanya kembali kerumah masing-masing!” perintah Pak lurahmembubarkan
warga. Akhirnya semua kembali kerumah masing-masing dan Karyo punmenyesali
perbuatannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar